Pengalaman magang selama satu bulan di Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) Bukan sekedar aktivitas akademis. Ia adalah perjalanan yang menghubungkan teori dengan kenyataan, buku teks dengan alam liar, dan pengetahuan dengan pengalaman. Setiap kegiatan memberikan pelajaran yang tidak hanya relevan dengan mata kuliah kami di Tadris Biologi, tetapi juga membuka wawasan baru tentang peran kami sebagai calon pendidik yang peduli terhadap lingkungan. Sebagai mahasiswa Tadris Biologi, kami sudah terbiasa membahas ekosistem, konservasi, dan keanekaragaman hayati di ruang kelas. Namun, semua teori itu menjadi lebih nyata ketika kami mendapat kesempatan untuk magang di Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) selama satu bulan, dari Oktober hingga November 2024. Magang ini bukan hanya tentang mempelajari alam, tetapi juga tentang menyatu dengannya, menghidupkan ilmu yang kami pelajari, dan menyadari tanggung jawab kami sebagai pendidik di masa depan.
Hari pertama selasa, 8 Oktober 2024, dimulai dengan penyambutan resmi di kantor TNBG. Dalam presentasi tersebut, kami diperkenalkan pada misi besar TNBG untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Kami juga memahami tantangan yang dihadapi dalam mengelola kawasan konservasi, seperti ancaman perambahan dan perubahan iklim. Dari kegiatan ini, kami menerapkan pemahaman dari mata kuliah Ekologi Konservasi yang membahas pentingnya kawasan lindung dalam menjaga ekosistem. Selain itu, kami belajar bagaimana perencanaan konservasi dilakukan secara strategis untuk melibatkan masyarakat sekitar. Dari presentasi ini, kami memahami bahwa TNBG adalah rumah bagi berbagai flora dan fauna unik, termasuk spesies langka seperti Harimau Sumatera. Kami juga diajarkan tentang pentingnya kawasan ini sebagai benteng terakhir keanekaragaman hayati di Sumatera Utara. Kegiatan ini menjadi implementasi langsung dari mata kuliah Ekologi Konservasi, di mana kami belajar bagaimana kawasan lindung menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Pada hari kedua, Rabu, 9 Oktober, kami mengunjungi tiga seksi utama TNBG untuk memahami bagian-bagian wilayah pada kawasan TNBG dan keanekaragaman hayati yang ada. Kegiatan ini memberi kami gambaran menyeluruh tentang ekosistem TNBG, mulai dari flora, fauna, hingga kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar. Di sini, kami menerapkan mata kuliah Fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan yang membahas distribusi spesies di berbagai wilayah, serta bagaimana faktor geografis memengaruhi kehidupan makhluk hidup. Pengalaman langsung ini memberikan pemahaman yang jauh lebih mendalam dibandingkan belajar melalui peta atau diagram saja.
Jumat, 11 Oktober, kami mengunjungi Resot 1 di Desa Hutagodang, Pada wilayah Sopotinjak kami ditugaskan untuk membuat barcode pohon. Setiap barcode yang kami pasang berfungsi sebagai identitas digital bagi pohon tersebut, mencatat data seperti spesies, usia, dan kondisi ekosistemnya. Melalui alat sederhana ini, kami membantu pengelola taman nasional mendokumentasikan keanekaragaman hayati dengan lebih akurat. Dari kegiatan ini, kami menyadari pentingnya teknologi dalam konservasi, sesuatu yang diajarkan dalam mata kuliah Ekologi dan Konservasi. Ilmu yang sebelumnya hanya teori kini menjadi nyata, dan kami merasa seperti ilmuwan kecil di tengah hutan. Informasi dan Data Biologi, yang mengajarkan kami
pentingnya pengelolaan data dalam penelitian. Melalui kegiatan ini, kami belajar bahwa teknologi bukan hanya alat, tetapi juga solusi untuk melindungi dan memantau lingkungan secara berkelanjutan.
Sabtu, 12 Oktober, kami dihadapkan pada keajaiban alam yang luar biasa, bunga Rafflesia mekar sempurna di kawasan Sopotinjak Resot 7. Keindahan bunga ini menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga spesies langka yang rentan terhadap ancaman eksternal. Setelah itu, kami mengunjungi Danau Saba Godang, tempat kami merenungi keindahan dan ketenangan alam. Kegiatan ini mengaplikasikan mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yang membahas tentang ekologi tumbuhan, termasuk hubungan antara flora dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, kami belajar dari mata kuliah Ekologi tentang pentingnya perlindungan spesies endemik yang memiliki peran besar dalam ekosistem lokal.
Kamis, 17 Oktober, kami mengunjungi Resor 2 di Desa Longat. Kegiatan ini memberi kami kesempatan untuk memahami bagaimana masyarakat lokal berinteraksi dengan taman nasional. Kami belajar bahwa kesejahteraan mereka sering kali terkait langsung dengan keberlanjutan ekosistem. Ini memberikan kami wawasan dari mata kuliah Ekologi dan Konservasi yang membahas hubungan manusia dengan lingkungan. Kami juga menerapkan teori dari Etika Lingkungan, dimana kami diajarkan bahwa pelestarian alam harus mempertimbangkan kebutuhan manusia yang hidup di sekitarnya.
Pada Sabtu, 19 Oktober, dan Selasa, 22 Oktober, kami mengikuti pelatihan budidaya lebah Trigona, yang dilanjutkan dengan panen madu pada Rabu, 23 Oktober. Kami belajar bagaimana lebah ini menghasilkan madu berkualitas tinggi sambil membantu penyerbukan tumbuhan di sekitar. Dari kegiatan ini, kami mengaplikasikan mata kuliah Fisiologi Hewan khususnya tentang peran penting serangga dalam ekosistem. Selain itu, kami belajar dari Kewirausahaan dan Urban Farming tentang bagaimana sumber daya alam dapat dikelola secara berkelanjutan untuk mendukung ekonomi masyarakat.
Kamis, 24 Oktober, kami belajar membuat insektarium, di mana kami mendokumentasikan spesies serangga yang ditemukan di TNBG. Ini adalah langkah penting dalam memahami biodiversitas dan peran setiap spesies dalam ekosistem. Kegiatan ini sangat relevan dengan mata kuliah Taksonomi yang membahas klasifikasi makhluk hidup. Selain itu, pengalaman ini memperdalam pemahaman kami tentang Metode Penelitian Biologi, khususnya dalam hal dokumentasi dan identifikasi spesies. Setelah briefing singkat, kami diajak menjelajahi area sekitar untuk menangkap serangga. Kegiatan ini memerlukan ketelitian tinggi karena kami harus berhati-hati agar tidak melukai serangga yang ditangkap. Dengan menggunakan jaring serangga, kami berjalan menyusuri hutan, memperhatikan setiap detail di dedaunan, tanah, hingga dahan pohon. Suara sayap yang bergetar dan gerakan kecil di sekitar kami menjadi petunjuk keberadaan serangga. Kami berhasil menangkap berbagai jenis serangga, seperti kumbang, kupu-kupu, capung, semut, dan jangkrik. Setelah itu, spesimen dibawa ke laboratorium lapangan untuk diidentifikasi. Setiap serangga diamati dengan hati-hati menggunakan kaca pembesar dan mikroskop. Kami mencatat morfologi, warna, pola sayap, jumlah kaki, dan karakteristik lainnya. Tahapan berikutnya adalah proses pengawetan. Kami menggunakan teknik yang diajarkan, seperti memasukkan serangga ke dalam cairan alkohol untuk melestarikan struktur tubuhnya atau menyematkannya di papan khusus menggunakan jarum entomologi. Setelah spesimen diawetkan, kami menempatkannya di dalam kotak insektarium yang dilengkapi dengan label berisi informasi lengkap, termasuk nama spesies, lokasi penangkapan, dan deskripsi morfologinya. Kegiatan ini memperdalam pemahaman kami terhadap mata kuliah Taksonomi, khususnya tentang pengklasifikasian dan identifikasi spesies. Kami menyadari betapa pentingnya serangga dalam ekosistem, mulai dari perannya sebagai polinator, dekomposer, hingga pengontrol populasi hama. Melalui pembuatan insektarium, kami juga belajar bagaimana setiap spesies, sekecil apa pun, memiliki tempat dan fungsi dalam menjaga keseimbangan alam. Selain itu, kegiatan ini relevan dengan mata kuliah Metode Penelitian Biologi, karena melibatkan proses pengumpulan, pengolahan, dan dokumentasi data yang sistematis. Kami merasa seperti peneliti profesional yang sedang membangun database untuk konservasi.
Kegiatan ini bukan hanya soal menangkap serangga atau mendokumentasikan spesimen. Ini adalah pelajaran tentang ketelitian, kesabaran, dan penghormatan terhadap makhluk kecil yang sering kali terabaikan. Kami belajar bahwa serangga, meskipun kecil, memainkan peran besar dalam menjaga keberlangsungan kehidupan. Mereka adalah bukti nyata bahwa setiap elemen dalam ekosistem saling terhubung, membentuk jaringan kehidupan yang kompleks. Melalui insektarium, kami juga mendapatkan wawasan praktis yang bisa diajarkan kepada siswa di masa depan. Sebagai calon pendidik, kami ingin membawa pengalaman ini ke ruang kelas, mengajarkan generasi muda untuk menghargai bahkan makhluk terkecil sekalipun. Insektarium bukan hanya koleksi, tetapi juga simbol pentingnya dokumentasi ilmiah dalam mendukung pelestarian alam. Kegiatan ini meninggalkan kesan mendalam bagi kami, memperkuat rasa tanggung jawab untuk menjaga keanekaragaman hayati, dan membangun kesadaran bahwa dunia mikro ini adalah bagian dari ekosistem yang lebih besar yang perlu kita lindungi bersama.
Pada Jumat, 25 Oktober, kami diberi kesempatan untuk belajar membuat pupuk organik di Desa Hutanamale, Sibanggor Julu. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian magang yang tidak hanya mengajarkan kami tentang konservasi alam, tetapi juga cara memanfaatkan sumber daya dengan bijaksana untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Pembuatan pupuk organik menjadi pengalaman yang penuh pembelajaran, karena di dalamnya kami memahami hubungan erat antara alam, manusia, dan kebutuhan untuk menjaga kesuburan tanah tanpa merusak lingkungan. Kegiatan dimulai dengan sesi pengenalan oleh fasilitator dari TNBG. Kami diajarkan mengenai pentingnya pupuk organik dalam mengurangi penggunaan pupuk kimia yang dapat merusak tanah dan mencemari lingkungan. Fasilitator menjelaskan bahwa pupuk organik dibuat dari bahan alami seperti sisa tumbuhan, limbah organik rumah tangga, dan kotoran hewan, yang kaya akan nutrisi untuk tanaman. Kami dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, dan setiap kelompok diberi tugas untuk mengumpulkan bahan-bahan yang akan digunakan. Bahan
bahan tersebut meliputi daun-daun kering, jerami, kotoran ternak, dan abu kayu, yang semuanya tersedia melimpah di sekitar desa.
Setelah bahan-bahan terkumpul, kami mulai meraciknya sesuai dengan arahan. Prosesnya dimulai dengan mencampurkan bahan-bahan organik tersebut secara merata. Kami juga menambahkan mikroorganisme pengurai yang berfungsi untuk mempercepat proses dekomposisi. Campuran ini kemudian disusun berlapis-lapis di dalam wadah khusus, membentuk tumpukan yang nantinya akan dibiarkan membusuk secara alami selama beberapa minggu. Salah satu bagian penting dalam pembuatan pupuk organik adalah menjaga kelembapan tumpukan. Kami menyiram campuran tersebut dengan air secukupnya agar proses pembusukan berjalan optimal. Selain itu, tumpukan harus dibalik secara berkala untuk memastikan oksigen dapat masuk dan mempercepat dekomposisi. Dari kegiatan ini, kami tidak hanya belajar teknik membuat pupuk, tetapi juga memahami manfaatnya secara ekologi dan ekonomi. Pupuk organik tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan mikroorganisme di dalamnya. Hal ini relevan dengan mata kuliah Ekologi Tanah, yang membahas hubungan antara komponen tanah dan keberlanjutan pertanian. Kami juga mengaplikasikan ilmu dari mata kuliah anatomi tumbuhan terutama dalam pemanfaatan mikroorganisme.
Pada Selasa, 29 Oktober, kami melakukan inventarisasi burung di Resor 6 Desa Alahan Kae. Dengan teropong di tangan serta kamera kami mengamati berbagai spesies burung di habitat alaminya. Hari itu, suasana terasa begitu tenang dengan angin pagi yang sejuk, ditemani suara alam yang perlahan mulai membangunkan kehidupan. Inventarisasi burung adalah salah satu kegiatan yang paling kami nantikan, karena ini adalah kesempatan untuk melihat langsung berbagai spesies burung di habitat aslinya dan memahami perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Sebelum memulai, kami diberikan arahan oleh staf TNBG tentang teknik observasi burung. Kami belajar cara menggunakan teropong dengan benar, mengenali suara kicauan, dan mencatat perilaku burung tanpa mengganggu mereka. Staf TNBG juga memberi kami daftar burung yang sering terlihat di kawasan ini, termasuk spesies endemik yang menjadi kebanggaan taman nasional. Kami bergerak dalam kelompok kecil untuk memaksimalkan pengamatan. Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing, mulai dari mencatat data, mengambil foto, hingga mengidentifikasi burung berdasarkan buku panduan lapangan yang disediakan. Hal ini melatih kerja sama tim sekaligus meningkatkan efisiensi pengamatan.
Ketika kami mulai berjalan perlahan di sepanjang jalur hutan, suara burung menjadi panduan utama. Kami menemukan berbagai spesies, seperti Cucak Hijau yang suaranya khas, Elang Bido yang terbang gagah melintasi langit, serta burung endemik TNBG yang sedang bertengger di cabang pohon dekat sungai. Dengan teropong, kami dapat melihat detail warna bulu yang memukau dan perilaku mereka yang unik. Setiap kali menemukan spesies baru, ada rasa kagum yang sulit diungkapkan. Kami mencatat data seperti jumlah burung, lokasi pengamatan, aktivitas mereka (mencari makan, terbang, atau bertengger), dan interaksi dengan
lingkungannya. Selain itu, kami juga merekam suara burung untuk referensi identifikasi lebih lanjut. Kegiatan ini memberikan pengalaman nyata dari mata kuliah Fisiologi Hewan dan Tumbuhan di mana kami mempelajari anatomi, perilaku, dan ekologi burung. Mengamati burung secara langsung memberi kami pemahaman lebih dalam tentang peran mereka dalam ekosistem, seperti membantu penyerbukan, penyebaran biji, dan pengendalian populasi serangga.
Selama inventarisasi, kami menyadari betapa pentingnya burung bagi keseimbangan alam. Mereka tidak hanya berperan sebagai penyeimbang ekosistem, tetapi juga sebagai indikator kesehatan lingkungan. Kehadiran burung tertentu bisa menjadi tanda bahwa ekosistem di kawasan itu masih sehat dan terjaga. Namun, kami juga diingatkan akan ancaman yang dihadapi burung, seperti hilangnya habitat akibat deforestasi dan perburuan liar. Hal ini menekankan perlunya tindakan konservasi yang lebih kuat, tidak hanya untuk melindungi burung, tetapi juga habitat tempat mereka hidup.
Sebagai calon pendidik, pengalaman ini memberikan inspirasi besar. Kami berencana membawa pelajaran tentang burung dan ekosistem ke ruang kelas, dengan harapan dapat menanamkan rasa cinta terhadap alam pada generasi muda. Kami ingin mereka memahami bahwa melestarikan burung bukan hanya melindungi satu spesies, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem yang mendukung kehidupan kita semua. Kegiatan inventarisasi ini meninggalkan kesan mendalam. Suara burung, gerakan mereka yang anggun, dan keindahan hutan TNBG akan selalu menjadi pengingat betapa berharganya keanekaragaman hayati yang harus kita jaga. Di balik sayap kecil mereka, burung membawa pesan besar tentang pentingnya hidup selaras dengan alam.
Kamis, 7 November, menjadi puncak perjalanan kami. Dalam presentasi akhir, kami memaparkan hasil kerja selama satu bulan penuh, membagikan temuan kami, dan merefleksikan pelajaran yang telah kami dapatkan. Ini adalah momen untuk melihat sejauh mana teori yang kami pelajari di kelas telah membantu kami memahami dan memecahkan tantangan nyata di lapangan. Pada hari itu menjadi hari yang emosional bagi kami. Setelah sebulan penuh menjalani magang di Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), hari itu kami mengadakan presentasi hasil kerja sebagai bentuk penutupan kegiatan. Dengan hati yang campur aduk antara kebanggaan dan rasa haru, kami berdiri di depan staf TNBG, membagikan apa yang telah kami pelajari, capai, dan rasakan selama perjalanan ini. Setiap kelompok diberikan waktu untuk mempresentasikan hasil kegiatan. Kami membahas berbagai pengalaman, mulai dari pembuatan barcode pohon, budidaya lebah Trigona, inventarisasi burung, hingga pembuatan insektarium dan pupuk organik. Presentasi ini tidak hanya berfokus pada apa yang kami lakukan, tetapi juga wawasan baru yang kami dapatkan dari setiap kegiatan. Kami juga menyampaikan rekomendasi untuk meningkatkan program konservasi di TNBG, berdasarkan temuan dan pengamatan kami selama di lapangan. Rekomendasi tersebut melibatkan upaya lebih besar dalam memberdayakan masyarakat lokal, meningkatkan dokumentasi spesies, dan mempromosikan pendidikan lingkungan kepada generasi muda. Staf TNBG memberikan apresiasi atas kerja keras dan dedikasi kami selama magang. Mereka juga berbagi pandangan tentang bagaimana pengalaman
ini tidak hanya bermanfaat bagi taman nasional, tetapi juga membentuk kami sebagai individu yang lebih peduli terhadap lingkungan. Setelah presentasi, acara dilanjutkan dengan sesi perpisahan. Dalam momen ini, kami berbagi cerita dan kesan bersama staf TNBG. Kami mengingat kembali hari-hari pertama yang penuh rasa penasaran, tantangan yang kami hadapi di lapangan, hingga tawa dan kekompakan yang terbangun selama satu bulan penuh. Staf TNBG menyampaikan pesan bahwa pengalaman ini adalah langkah kecil untuk memahami kompleksitas dunia konservasi. Mereka berharap kami dapat membawa semangat yang sama ke dalam profesi kami sebagai calon pendidik, mengajarkan pentingnya melestarikan lingkungan kepada generasi berikutnya. Meski berat untuk meninggalkan TNBG, kami tahu bahwa kenangan ini akan terus hidup di hati kami. Setiap langkah di hutan, setiap suara burung, dan setiap pelajaran yang kami dapatkan akan menjadi bagian dari perjalanan hidup kami yang lebih besar.
Magang di TNBG mengajarkan kami bahwa alam adalah guru terbaik. Dari setiap kegiatan, kami belajar bahwa ilmu yang kami pelajari di kelas—seperti ekologi, taksonomi, entomologi, dan bioteknologi—dapat diterapkan secara langsung untuk memahami, menjaga, dan memulihkan ekosistem. Namun, lebih dari sekadar ilmu akademis, pengalaman ini memberikan pelajaran hidup yang mendalam. Kami belajar tentang pentingnya kerja sama tim, kepekaan terhadap lingkungan, dan tanggung jawab untuk melestarikan alam. Kami menyadari bahwa melestarikan lingkungan bukan hanya tugas ilmuwan atau konservasionis, tetapi tanggung jawab bersama yang harus dijalankan oleh semua orang. Sebagai calon pendidik, kami terinspirasi untuk membawa semangat ini ke ruang kelas. Kami ingin mengajarkan siswa tidak hanya tentang pentingnya keanekaragaman hayati, tetapi juga bagaimana menjadi bagian dari solusi dalam menghadapi tantangan lingkungan. Kami ingin mereka memahami bahwa setiap tindakan kecil, seperti mengurangi limbah atau menanam pohon, dapat memberikan dampak besar bagi planet ini. Magang ini juga memberi kami harapan. Di tengah tantangan besar seperti perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, TNBG menunjukkan bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan dukungan masyarakat, keanekaragaman hayati dapat tetap dilestarikan. Kami meninggalkan TNBG dengan hati yang penuh rasa syukur dan pikiran yang diperkaya oleh pengalaman luar biasa ini. Taman Nasional Batang Gadis bukan hanya tempat kami belajar, tetapi juga rumah kedua yang mengajarkan kami tentang cinta, penghormatan, dan tanggung jawab terhadap alam.
Kami berkomitmen untuk terus membawa pelajaran ini ke mana pun kami pergi, menjadi agen perubahan yang mempromosikan pelestarian lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Seperti pepohonan di TNBG yang kokoh, kami berharap bisa menjadi individu yang tangguh dan penuh makna, terus bertumbuh bersama ilmu dan pengalaman yang telah kami tanam selama satu bulan penuh di tempat ini. Magang di TNBG mengajarkan kami bahwa alam adalah guru terbaik. Setiap kegiatan memberikan wawasan baru tentang bagaimana teori biologi dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Sebagai calon pendidik, pengalaman ini memperkuat komitmen kami untuk mengajarkan generasi mendatang
tentang pentingnya pelestarian alam dan hubungan manusia dengan lingkungan. TNBG bukan hanya tempat belajar, tetapi juga simbol harapan bahwa manusia dan alam dapat hidup berdampingan secara harmonis.